BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
a.
Homeostasis berasal dari kata homeo berarti
“yang sama” dan stasis berarti “berdiri atau diam”. Sherwood
(2007) mendefinisikan homeostasis sebagai pemeliharaan lingkungan internal yang
relatif stabil.
Makhluk
hidup sejatinya senantiasa melakukan pertukaran dengan lingkungan, mengambil
bahan yang diperlukan dan mengeluarkan zat-zat yang sudah tidak berguna dalam
tubuh. Kita ambil contoh Amoeba misalnya. Amoeba mengambil
oksigen dan nutrisi dari lingkungannya serta melepaskan zat sisa metabolisme ke
lingkungan.
Apa yang
terjadi pada tubuh manusia hampir sama meski tidak sama persis. Manusia
mengambil zat-zat yang dibutuhkan dari lingkungan, serta mengeluarkan zat sisa
(sampah) ke lingkungan. Tubuh manusia terdiri dari banyak sel tidak seperti
Amoeba yang hanya terdiri dari satu sel. Bagi sel-sel tubuh terdapat dua
lingkungan yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan
eksternal adalah lingkungan dimana tubuh manusia hidup atau dapat
dikatakan segala sesuatu yang berada di luar tubuh manusia. Lingkungan
internal adalah lingkungan di luar sel namun berada di dalam tubuh.
Lingkungan
internal berupa cairan plasma dan cairan interstisial. Ketika sel-sel tubuh
memerlukan suatu asupan, dia tidak bisa langsung mengambilnya dari cairan
ekstra sel, zat yang diperlukan akan diambil dari cairan interstisial yang
dipasok oleh plasma darah. Ketika sel perlu mengeluarkan sisa metabolisme
misalnya karbondioksida tidak bisa juga langsung dikeluarkan ke lingkungan eksternal,
maka karbondioksida tersebut akan dikeluarkan ke cairan interstisial. Agar
sisa metabolisme pada cairan interstisial tidak menumpuk maka sisa metabolisme
tersebut dikeluarkan melalui plasma darah kemudian menuju alat-alat ekskresi
dan akhirnya dikeluarkan ke lingkungan eksternal.
lasma darah
dan cairan interstisial diatur agar dapat mendukung kehidupan sel, tidak
seperti Amoeba yang tidak dapat mengatur lingkungannya. Pengaturan keadaan
lingkungan internal agar tetap stabil inilah yang disebut dengan homeostasis.
Pemeliharaan lingkungan internal berupa komposisi, suhu dan karakteristik
lainnya ini bukan berarti tidak ada perubahan sama sekali. Stabil disini
berarti perubahan-perubahan yang terjadi tidak terlalu menyimpang jauh. Jika
suatu faktor mulai menggerakkan kondisi lingkungan internal menjauhi kondisi
optimal, maka sistem-sistem dalam tubuh akan memulai reaksi tandingan untuk
meminimalisasi perubahan tersebut. Misalnya jika tubuh terpapar pada suhu
dingin maka suhu internal tubuh akan cenderung turun. Maka, pusat kontrol di
otak akan menanggapinya untuk memulai kompensasi misalnya menggigil untuk
meningkatkan suhu tubuh menuju suhu normal. Sebaliknya ketika lingkungan
internal tubuh saat cuaca panas misalnya, pusat kontrol suhu akan memicu berkeringat
untuk menurunkan suhu tubuh menuju normal.
1.2
Rumusan
Masalah
a.
Apakah
pengertian homeostasis?
b.
Bagaimanakah
proses pengaturan keseimbangan pada homeostasis?
c.
Bagaimanakah
dasar-dasar homeostasis?
d.
Apa saja
faktor-faktor lingkungan yang dipertahankan secara homestatis?
e.
Apa saja
kontribusi berbagai sistem bagi homestatis?
f.
Bagaimanakah
tahapan-tahapan homeostasis?
g.
Bagaimana bentuk
ketidakseimbangan homeostasis?
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian homeostasis.
b) Untuk mengetahui proses pengaturan keseimbangan pada
homeostasis.
c) Untuk mengetahui dasar-dasar homeostasis.
d) Untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang
dipertahankan secara homeostasis.
e) Untuk mengetahui kontribusi berbagai sistem bagi
homeostasis.
f) Untuk mengetahui tahapan-tahapan homeostasis.
g) Untuk mengetahui bentuk ketidakseimbangan homeostasis.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Homeostasis berasal dari bahasa Yunani: homeo berarti “sama”, stasis
“mempertahankan keadaan”, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh
untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi yang
dihadapi. Istilah ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan
pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam.
Organisme unisel tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah-ubah
karena memiliki sedikit atau hampir tidak memiliki mekanisme perlindungan
terhadap lingkungannya. Namun organisme multisel yang kompleks, seperti
manusia, dapat hidup di lingkungan yang berubah-ubah karena mempunyai kemampuan
mempertahankan keadaan lingkungan dalamnya (mileu interieur) sehingga
menjamin kelangsungan hidup sel-sel tubuh.
Pada tahun 1926,
seorang ahli bernama Cannon mendefinisikan bahwa homeostasis adalah kemampuan
proses fisiologis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan dan kecenderungan
semua jaringan hidup guna memelihara dan mempertahankan kondisi setimbang atau
ekuilibrium.
Pada tahun 1965,
seorang ahli bernama Dubois mendefinisikan bahwa homeostasis adalah kemampuan
untuk beradaptasi dengan atau terhadap lingkungan internal atau eksternal yang
senantiasa berubah sebagai suatu kunci keberhasilan, bertahan dan tetap hidup,
atau suatu keadaan seimbang yang sifatnya dinamis, yang dipertahankan tubuh
melalui pergeseran dan penyesuaian atau adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung
secara konstan. Jadi, pengertian homeostasis adalah suatu proses perubahan yang
terus menerus atau suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya yang sifatnya dinamis yang berlangsung
secara konstan, dan terjadi pada setiap organisme. Proses homeostasis ini dapat
terjadi apabila tubuh mengalamai stress sehingga tubuh secara alamiyah akan
melakukam mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang.
2.2 Proses
Pengaturan Keseimbangan pada Homeostasis
Homeostasis
dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan keseimbangan yang sangat halus
namun bersifat dinamis (dynamic steady state). Macam-macam pengaturan yang
terlibat dalam homeostasis itu sendiri meliputi umpan balik negatif dan umpan
balik positif. Pengaturan umpan balik negatif (negative feedback)
merupakan pengaturan penting dalam homeostasis. Dalam pengaturan umpan balik
negatif ini sistem pengendali senantiasa membandingkan parameter yang
dikendalikan (misalnya suhu tubuh atau tekanan darah) dengan nilaisetpoint. Contohnya
adalah pada saat keadaan panas, badan akan diatur untuk mengurangi panas badan.
Selain itu, ada juga pengaturan umpan balik yang positif (negative feedback).
Pengaturan ini tidak bersifat homeostasis karena tidak memperbesar respons,
sampai ada faktor luar yang menghentikannya. Contohnya adalah pada saat demam,
badan akan bertambah panas untuk membunuh bakteri dan virus.
2.3 Dasar-dasar
homeostasis
Ahli ilmu faal
Amerika Serikat Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang mendasari homeostatis,
yaitu:
1.
Peran sistem
saraf dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan.
2.
Adanya kegiatan
pengendalian yang bersifat tonik.
3.
Adanya
pengendalian yang bersifat antagonistik.
4.
Suatu sinyal
kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh berbeda.
2.4 Faktor-faktor Lingkungan yang
Dipertahankan secara Homestatis
Faktor-faktor lingkungan internal yang harus
dipertahankan secara homeostasis, yaitu:
1.
Sel-sel
membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk digunakan sebagai bahan
bakar metabolik untuk menghasilkan energi. Energy kemudian digunakan untuk
menunjang aktifitas-aktifitas khusus dan untuk mempertahankan hidup.
2.
Konsentrasi O2
dan CO2. Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik
sebanyak mungkin energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang
dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus diseimbangkan dengan
CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak
meningkatkan keasaman di lingkungan internal.
3.
Konsentrasi
zat-zat. Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek
toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.
4.
PH. Diantara
efek-efek paling mencolok dari p[erubahan keasaman lingkungan cairan internal
adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan perubahan
aktifitas enzim di semua sel.
5.
Karena
konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel (lingkungan
internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar sel,
konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan volume sel yang
sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila mereka membengkak
atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi fital lainnya.
Sebagai contoh denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium
di cairan ekstra sel yang relative konstan.
6.
Suhu. Sel-sel
tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel akan
mengalami perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan
yang lebih buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu
apabila suhunya terlalu panas.
7.
Volume dan
tekanan. Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus
dipertahankan pada tekanan darah dan volume yang adekuat agar penghubung vital
antara sel dan lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh tubuh.
2.5 Kontribusi
Berbagai Sistem bagi Homeostasis
Homeostasis
sangat penting bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan pada gilirannya, setiap
sel, melalui aktifitas khususnya masing-masing, turut berperan sebagai bagian
dari sistem tubuh untuk memelihara lingkungan internal yang digunakan bersama
oleh semua sel.Terdapat sebelas sistem tubuh utama, kontribusi terpenting
mereka untuk homeostasis dicantumkan sebagai berikut:
1.
Sistem
sirkulasi. Merupakan sistem transportasi yang membawa berbagai zat, misalnya
zat gizi, O2, CO2, zat-zat sisa, elektrolit, dan hormone dari satu bagian tubuh
ke bagian tubuh lainnya.
2.
Sistem
pencernaan. Menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat gizi yang
dapat diserap ke dalam plasma untuk didistribusikan ke seluruh sel. Sel
ini juga memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan
internal. Sistem ini mengeluarkan sisa-sisa makanan yang tidak dicerna ke
lingkungan eksternal melalui tinja.
3.
Sistem
Respirasi. Mengambil O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 ke
lingkungan eksternal. Dengan menyesuaikan kecepatan pengeluaran CO2 pembentuk
asam, sistem respirasi juga penting untuk mempertahankan pH lingkungan
internal yang sesuai.
4.
Sistem kemih. Mengeluarkan
kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari plasma melalui urine, bersama
zat-zat sisa selain CO2.
5.
Sistem Rangka.
Memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ-organ. Sistem ini
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang
konsentrasinya dalam plasma harus dipertahankandalam rentang yang sangat
sempit. Bersama dengan sistem otot, sistem rangka juga memungkinkan timbulnya
gerakan tubuh dan bagian-bagiannya.
6.
Sistem otot. Menggerakkan
tulang-tulang yang melekat kepadanya. Dari sudut pandang homeostasis
semata-mata, sistem ini memungkinkan individu mendekati makanan dan menjauhi
bahaya. Selain itu, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk
mengatur suhu. Karena berada di bawah kontrol kesedaran, individu mampu
menggunakan otot rangka untuk melakukan bermacam gerakan sesuai keinginan.
Gerakan-gerakan tersebut, berkisar dari keterampilan motorik halus yang
diperlukan, misalnya untuk menjahit sampai gerakan-gerakan kuat yang diperlukan
untuk mengangkat beban, tidak selalu diarahkan untuk mempertahankan
homeostasis.
7.
Sistem
intergument. Berfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegahcairan
internal keluar dari tubuhdan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. Sistem
ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh. Jumlah panas yang dikeluarkan dari
permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat disesuaikan dengan mengatur
produksi keringat dan dengan mengatur aliran darah hangat ke kulit.
8.
Sistem imun. Mempertahankan
tubuh dari seranganbenda asing dan sel-sel tubuh yang telah menjadi
kanker. Sistem ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan penggantian sel
yang tua atau cedera.
9.
Sistem saraf. Merupakan
salah satu dari dua sistem pengatur atau control utama tubuh. Secara umum,
sistem ini mengontrol dan mengkoordinasikan aktifitas tubuhyang memerlukan
respon cepat. Sistem ini sangat penting terutama untuk mendeteksidan
mencetuskan reaksi terhadap berbagai perubahan di lingkungan internal. Selain
itu, sistem ini akan bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi yang
tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostasis, misalnya
kesadaran, ingatan, dan kreatifitas.
10. Sistem endokrin. Merupakan sistem kontrol utainnya.
Secara umum, kelenjar-kelenjarpenghasil hormone pada sistem endokrin mengatur
aktifitas yang lebih mementingkan daya tahan (durasi) daripada kecepatan.
Sistem ini terutama penting untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan
dengan menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol volume serta komposisi elektrolit
lingkungan internal.
11. Sistem reproduksi. Sistem ini tidak esensial
bagi homeostasis, sehingga tidak penting bagi kelangsungan hidup individu. Akan
tetapi, sistem ini penting bagi kelangsungan hidup suatu spesies.
2.6
Tahapan-tahapan homeostasis
·
Homeostatis
primer
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh
darah, akan terjadi homeostasis primer. Homeostasis primer ini melibatkan
tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya
vasokonstriksi dan sumbat trombosit. Homeostasis primer ini bersifat cepat dan
tidak tahan lama. Karena itu, jika homeostasis primer belum cukup untuk
mengkompensasi luka, maka akan berlanjut menuju homeostasis sekunder.
·
Homeostatis
sekunder
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau
jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum cukup untuk
mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan
trombosit dan faktor koagulasi.
Homeostasis sekunder ini
mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin. Homeostasis sekunder ini bersifat
delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup
luka, maka proses berlanjut ke homeostasis tersier. Homeostasis tersier ini
bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan.
Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.
2.7 Bentuk
ketidakseimbangan homeostasis
Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara benar,
homeostasis terganggu dan semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi
memperoleh lingkungan yang optimal tempat mereka hidup dan berfungsi. Muncul
beberapa keadaan patofisiologis. Patofisiologis mengacu kepada abnormalitas
fungsional tubuh (perubahan fisiologi) yang berkaitan dengan penyakit. Jika
gangguan terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi
memungkinkan kelangsungan hidup, timbul kematian.
Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh
mempertahankan homeostasis. Keberadaan seseorang di lingkungan sangat dingin
tanpa pakaian dan perlindungan dapat berakibat fatal jika tubuhnya gagal
mempertahankan suhu sehingga suhu tubuh turun. Hal ini disebabkan oleh terganggunya
proses-proses enzimatik sel yang sangat bergangtung pada suhu tertentu.
Contoh lain adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
kecil mungkin tidak fatal karena tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan
tersebut dengan cara meningkatkan tekanan darah mereabsorpsi cairan di ginjal,
dsb. Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang besar, upaya untuk
mengkompensasi tubuh mungkin tidak memadai sehingga berakibat fatal.
Tanggung jawab dokter dan para medis adalah untuk
perawatan intensif untuk pasien-pasien yang gawat. Berbagai indicator
homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi denyut jantung,
tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur
keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk mengambil alih fungsi
homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah
sehingga tidak mampu melakukan proses homeostasis sendiri.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Homeostasis
adalah suatu proses perubahan yang terus menerus atau suatu keadaan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya yang
sifatnya dinamis yang berlangsung secara konstan, dan terjadi pada setiap
organisme.
Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses
pengaturan keseimbangan meliputi umpan balik negatif (negative feedback)
dan umpan balik positif (positive feedback).
Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon
mengajukan 4 postulat yang mendasari homeostasis, yaitu peran sistem saraf
dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan, adanya
kegiatan pengendalian yang bersifat tonik, adanya pengendalian yang bersifat
antagonistic, dan suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di
jaringan tubuh berbeda.
Faktor-faktor lingkungan internal yang harus
dipertahankan secara homeostasis terbagi menjadi tujuh bagian. Pertama,
konsentrasi molekul zat-zat gizi. Kedua, konsentrasi O2 dan CO2. Ketiga,
konsentrasi zat-zat sisa. Keempat, pH. Kelima, konsentrasi air, garam-garam,
dan elektrolit-elektrolit lain. Keenam, Suhu. Ketujuh, volume dan tekanan.
Terdapat sebelas sistem tubuh utama, kontribusi
terpenting mereka untuk homeostasis yaitu pada sistem
sirkulasi, sistem pencernaan,sistem respirasi, sistem kemih, sistem
rangka, sistem otot, sistem integument, sistem imun, sistem saraf, sistem
endokrin, dan sistem reproduksi.
Tahapan-tahapan homeostasis terbagi atas tiga bagian
yaitu homeostasis primer, homeostasis sekunder, dan homeostasis tersier.
DAFTAR
PUSTAKA
NAM NAM’S. Makalah homeostatis. http://namnamnufi.blogspot.co.id/2015/04/makalah-homeostatis.html.
diakses pada tanggal sabtu 25 april 2015
Siagan, Minarma.,2004.
Homeostatis. Departemen ilmu Faal F K U I, jakarta.
Wikipedia., 2013.
Homeostatis. www.wikipedia.org/wiki/homeostasis/
Makasih infonya
BalasHapusReally benefit for us, thanks
BalasHapusthanks info nya
BalasHapusInfonya sangat bermanfaat sekali, terutama saya sendiri
BalasHapusTerima kasih
Berguna bnget infonya, makasih
BalasHapusMakasih infonyaa
BalasHapusNice info
BalasHapusThanks infonya
BalasHapusthks info
BalasHapus